Sabtu, 20 Maret 2010

KRISTALISASI

KRISTALISASI
Kristalisasi adalah proses pemisahan padatan-cair, melalui alih massa dari fase cair ke fase kristal padat murni dengan cara pendinginan, penguapan atau kombinasi keduanya. Prinsip serupa berlaku pula pada pembentukan kristal akibat penamahan substansi ketiga yang dapat bereaksi membentuk endapan kristal atau menurunkan kelarutan bahan yang diendapkan.
Keseluruhan kristalisasi dari suatu larutan lewat jenuh dianggap terdiri atas dua tahap yaitu pembentukan inti kristal dan pertumbuhan kristal. Apabila larutannya bebas dari semua partikel substansi asing ataupun substansi yang mengkristal, pembentukan inti haruslah terjadi terlebih dahulu sebelum mulai pertumbuhan kristal. Intikristal baru dapat terus terbentuk disamping pertumbuhan inti yang telah ada. Tenaga pendorong untuk tahap pembentukan inti dan tahap pertumbuhan adalah keadaan lewat jenuh atau supersaturasi. Kedua tahap ini tidak akan berlangsung dalam larutan jenuh atau kurang jenuh.

Alat dan Bahan
Alat :
Pisau, baskom, blender, saringan, wajan, kompor, timbangan, kantong plastik
Bahan :
Jahe, jeruk, kunyit, asam jawa

Prosedur Kerja
1. Ditimbang berat awal bahan
2. Dikupas kulitnya dan ditimbang kemudian bahan dicuci
3. Bahan dihancurkan dengan cara diparut atau diblender, kemudian diekstrak dan ampasnya ditimbang
4. Hasil ekstraksi ditimbang dan disebut dengan filtrat
5. Ampas yang telah diambil filtratnya ditambahkan dengan ai (1 :1) dan dilakukan ekstraksi kembali dan diperoleh filtratnya
6. Filtrat pertama (F1) digabung dengan filtrat yang kedua (F2), kemudian ditambahkan dengan gula dengan perbandingan (2:1)
7. Dipanaskan untuk memperolah kristal dan ditimbang berat akhir bahan.
8. Dihitung rendemennya dan dibuat material balance.

HIDROCOOLING

HIDROCOOLING
Pendinginan dengan air dengan cepat menyerap panas lapangan hasil panen. Cara ini digunakan dengan hasil yang menguntungkan pada sayur-sayuran daun untuk mempertahankan tekstur dan kesegarannya. Untuk buah jeruk dan beberapa jenis buah lainnya, dalam air pendingin dapat ditambahkan fungisida agar pembusukan dapat ditahan sampai tingkat yang masih dapat diterima. Buah yang didinginkan dengan air ternyata lebih rentan terhadap kebusukan setelah dihangatkan. Kadang-kadang dapat terjadi kerusakan pendinginan. Ada dua tipe pendingin air, tipe konvensional yang menggenangi buah dengan selapis air dan tipe yang menangani satu unit muatan.
Sebagian besar perubahan-perubahan fisikokimiawi yang terjadi dalam buah yang sudah dipanen berhubungan dengan metabolisme oksidatif, termasuk didalamnya respirasi. Oksidasi biologi dikaitkan sangat erat dengan penelitian-penelitian mengenai perubahan-perubahan mutu, gangguan-gangguan fisiologi, daya simpan,kemasakan, penanganan komoditi dan banyak perlakuan-perlakuan pasca panen.
Laju respirasi merupakan petunjuk yang baik untuk daya simpan buah sesudah dipanen. Intensitas respirasi dianggap sebagai ukuran laju jalannya metabolisme dan oleh karena itu sering dianggap sebagai petunjuk mengenai potesi daya simpan buah. Laju respirasi yang tinggi biasanya disertai oleh umur simpan yang pendek.
Kerusakan akibat pendinginan merupakan persoalan besar dalam penanganan pasca panen bahan-bahan tanaman karena kerusakan itu menyebabkan banyak komoditi tidak mungkin disimpan pada suhu yang sebenarnya. Kerusakan itu berbeda secara esensial dari kerusakan karena pembekuan, kerusakan-kerusakan itu terjadi pada suhu rendah, tetapi jauh diatas titik beku jaringan.
Tidak ada cara untuk mengurangi kerusakan akibat pendinginan buah-buah tropika dan subtropika selain dengan mengatur suhu dan pemberian lapisan lilin. Dua keuntungan utama dapat diharapkan dari pengendalian pendinginan adalah buah-buah yang peka terhadap pendinginan dapat ditangani dengan menggunakan fasilitas yang sama, bersama-sama dengan buah-buah yang lain yang tidak begitu peka dan toleransi terhadap suhu rendah akan memperpanjang umur pasca panennya. Perubahan atmosfir penyimpanan berpengaruh terhadap keriputnya. Kandungan 7% O2 merupakan kandungan optimal untuk mencegah kerusakan akibat pendinginan.

Alat :
Pisau, spatula, penetrometer, timbangan, erlenmeyer, corong, lumpang porselen, pipet volume, pipet tetes, handrefraktometer, labu ukur, buret, gelas ukur.
Bahan :
Buah pisang, buah tomat, buah sawo, buah mangga, indikator pp 1%, pati 1%, NaOH, Iodium.
Prosedur Kerja
1. Diambil sampel dan ditimbang beratnya, diukur teksturnya, TSS, warna dan aromanya.
2. Diberi label masing-masing sampel untuk perlakukan hidrocooling dan suhu kamar.
3. Diamati perubahan fisik setiap hari untuk masing-masing sampel sesuai dengan perlakuan.
4. Dianalisa fisik dan kimia pada hari ke- 7.

Pengujian Kadar Vitamin C
1. Ditimbang 10 g slurry dimasukkan dalam labu ukur 100 ml
2. Ditambahkan aquadest sampai batas tanda
3. Disaring dan diambil filtratnya sebanyak 25 ml dan dimasukkan kedalam erlenmeyer.
4. Ditambahkan 2 ml larutan pati dan dititrasi dengan larutan iodium
5. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna menkjadi biru.
6. Dihitung kadar vitamin C sampel.
Kadar Vit C(%) = fp x ml iodium x N iodium x Mr Vit C x 100%
Berat sampel x 1000 x 2
Penentuan Total Asam
1. Ditimbang 10 g slurry dimasukkan dalam labu ukur 100 ml
2. Ditambahkan aquadest sampai batas tanda
3. Disaring dan diambil filtratnya sebanyak 25 ml dan dimasukkan kedalam erlenmeyer.
4. Ditambahkan 2 – 3 tetes indikator pp dan dititrasi dengan NaOH
5. Dicatat ml NaOH yang digunakan, kemudian dihitung total asam.
Total asam (%) = fp x ml NaOH x N NaOH x M.eq Asam .........x 100%
Berat sampel x 1000

Kamis, 18 Maret 2010

PENGUJIAN MUTU LADA PUTIH

PENGUJIAN MUTU LADA PUTIH

Labu putih adalah tanaman Piper ningrum LNN yang dipetik setelah sebagian besar buah lada matang penuh, kemudian dihilangkan kulit luarnya, dikeringkan dan dibersihkan.
Lada putih dibedakan menjadi 2 (dua) jenis mutu, yaitu Mutu I dan Mutu II
Tabel 1. Standar Mutu Lada Putih Mutu I dan Mutu II berdasarkan SNI 01-0004-1987
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
Mutu I Mutu II
1. Cemaran binatang - Bebas dari serangga hidup maupun mati serta bagian-bagian dari binatang Bebas dari serangga hidup maupun mati serta bagian-bagian dari binatang
2. Warna - Putih kekuning-kuningan Putih kekuning-kuningan, putih keabu-abuan, putih kecoklat-coklatan
3. Kadar benda asing (b/b) % Maks. 1,0 Maks. 2,0
4. Kadar biji enteng (b/b) % Maks. 1,0 Maks. 2,0
5. Kadar cemaran kapang (b/b) % Maks. 1,0 Maks. 1,0
6. Kadar lada berwarna kehitam-hitaman (b/b) % Maks. 1,0 Maks. 2,0
7. Kadar air (b/b) % Maks. 13,0 Maks. 14,0
8. Kadar piperin (b/b) % Sesuai analisa Sesuai analisa
9. Kadar minyak atsiri (b/b) % Sesuai analisa Sesuai analisa

C. Metode Kerja
1. Alat dan Bahan
Alat : 1. oven 6. erlenmeyer
2. desikator 7. gelas beker
3. botol timbang 8. pinset
4. neraca analit 9. sendok
5. kaca arloji 10. gelas piala
Bahan : 1. Lada Putih
2. alkohol-air
3. tissue


2. Prosedur Kerja
a. Penentuan Kebersihan (cemaran binatang)
Penentuan ada tidaknya cemaran binatang dilakukan secara visual dengan kasat mata.
Contoh lada putih disebarkan di atas kertas putih dan amati ada tidaknya serangga hidup atau mati serta bagian-bagian yang berasal dari binatang. Setelah selesai masukkan kembali ke dalam wadah.

b. Penentuan kadar air Lada Putih
1. Timbang dengan teliti dengan menggunakan neraca analitik ± 5 – 10 gram contoh lada putih yang sudah dihaluskan ke dalam botol timbang yang sudah diketahui beratnya.
2. Panaskan contoh uji tersebut ke dalam oven pada suhu 103oC ± 2oC selama 3 jam
3. Dinginkanlah ke dalam desikator hingga mencapai suhu kamar selama 15 menit dan timbang.
4. Ulangilah pemanasan, pendinginan dan penimbangan sampai diperoleh berat konstan.
5. Hitunglah kadar air dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Kadar air = kehilangan berat x 100%
gr contoh

c. Penentuan kadar benda asing lada putih
1. Prinsipnya: pemisahan secara visual dan penimbangan
2. Timbang 100 – 200 g lada putih. Lalu pisahkan benda lain yang dinyatakan sebagai benda asing ke dalam kaca arloji yang telah diketahui beratnya.
3. Timbang kaca arloji beserta benda-benda asing
4. Perbedaan kedua penimbangan tersebut menunjukkan jumlah benda asing dalam contoh uji.
5. Hitunglah kadar benda asing menggunakan rumus:
Kadar benda asing = (berat kaca arloji dan benda asing – berat kaca arloji) x 100%
gr contoh

d. Penentuan Kadar Kapang Lada putih
1. Prinsipnya: pemisahan lada yang terkontaminasi kapang secara visual. Lada dianggap berkapang jika tercemar kapang yang dapat dilihat dengan mata biasa.
2. Timbang contoh lada putih sebanyak 100 – 200 g.
3. Pisahkan lada yang berkapang yang terlihat dengan mata biasa kemudian timbang
4. Hitunglah kadar kapang menggunakan rumus:
Kadar Kapang (%) = berat lada berkapang (g) x 100%
berat bahan (g)




e. Penentuan Kadar Biji Enteng
1. Prinsip: Pemisahan biji yang mengapung pada permukaan larutan alkohol-air. Hanya biji yang mengapung yang dipisahkan bukan biji yang melayang di bawah permukaan larutan alkohol air.
2. Timbang 50 g contoh lada putih dan masukkan ke dalam gelas piala.
3. tambahkan 300 ml campuran lautan alkohol-air dan aduk dengan sendok.
4. biarkan selama 2 menit, lalu ambil biji yang mengapung pada permukaan cairan.
5. ulangi cara ini (pengadukan, pengendapan, dan pemisahan biji yang mengapung) hingga tidak ada lagi biji mengapung pada permukaan cairan, setelah pengadukan 2 kali berturut-turut.
6. keringkan lada enteng tersebut dengan menebarkannya di atas tissue sampai kering kira-kira 1 jam, kemudian ditimbang.
7. Hitung kadar biji enteng dengan rumus:
Kadar Biji enteng (%) = berat lada enteng (g) x 100%
berat bahan (g)

f. Penentuan Warna Lada Putih
1. Prinsip: pengamatan warna terhadap contoh secara visual
2. Amati warna dari keseluruhan contoh.
3. Hasil pengamatan dinyatakan sebagai warna putih kekuning-kuningan atau putih keabu-abuan atau putih kecoklat-coklatan.

g. Penentuan Kadar Lada Putih Berwarna Kehitam-hitaman
1. Prinsip: pemisahan secara visual dan penimbangan.
2. Timbanglah contoh sebanyak 100 – 200 g.
3. Pisahkan lada putih berwarna kehitam-hitaman dan ditimbang.
4. Hitunglah kadar lada putih berwarna kehitam-hitaman dengan menggunakan rumus :
K. LP Kehitam-hitaman (%) = berat lada putih berwarna kehitam-hitaman (g) x 100%
berat bahan (g)